Berikut merupakan tahapan-tahapan pembuatan kain tenun endek Bali yang memang memerlukan proses panjang, ketelitian, kesabaran & kreatifitas untuk bisa menghasilkan sebuah kain tenun endek.
Pada umumnya produksi tenun ikat endek Bali menggunakan ATBM (alat tenun bukan mesin). Meskipun terdapat beragam bentuk dan mekanisme alat tenun ini, namun fungsi dasar ATBM tetap sama yaitu sebagai tempat memasang benang-benang lungsi untuk kemudian benang pakan dapat diselipkan di sela-sela benang lungsi
Pembuatan endek merupakan rangkaian proses kreatif yang memadukan unsur seni, kreativitas, teknik pewarnaan, dan inovasi untuk menghasilkan lembaran kain endek yang berkualitas. Selain itu, dibutuhkan keterampilan, ketelitian dan waktu yang cukup lama dalam pengerjaannya. Pembuatan endek melalui tiga proses, yaitu proses pengolahan benang lusi/lungsi, proses pengolahan benang pakan dan proses penenunan.
1. Proses Pengolahan Benang Lusi
a. Pengkelosan Pengkelosan adalah proses memintal. Benang dalam gulungan besar dipintal menjadi gulungan-gulungan kecil. Adnyani (2013) menyebutkan, dari satu pak benang dengan berat 5 kilogram, akan menjadi 30 buah kon benang yang sudah tergulung.
b. Pencelupan warna Proses pemberian warna pada benang dilakukan dengan cara dicelup. Hal ini dimaksudkan agar hasil pewarnaan merata. Ada pula pertenunan yang merebus benang terlebih dahulu selama 30 menit sebelum dilakukan pencelupan warna.
c. Penganihan (proses merapatkan benang) Proses ini dikenal juga sebagai proses pengebooman. Benang lusi diatur dan digulung pada boom lusi dengan sistem penggulungan sejajar. Ukuran panjang dan lebar kain endek ditentukan pada proses ini. Satu putaran boom Proses Produksi Proses Pengolahan Benang Lusi Pengkelosan Pencelupan Pengebooman Pencucukan Proses Pengolahan Benang Pakan Pengkelosan Pemidangan Pengikatan Pencelupan Pencoletan Penginciran Pemaletan Penyetelan/Penenunan 41 setara dengan kain berukuran dua meter. Untuk membuat kain sepanjang satu meter membutuhkan 16.000-18.000 benang. Proses pengebooman ini, pertama ujung benang lusi diambil, dijepit dengan kayu selebar boom lusi yang dipergunakan, kemudian digulung sesuai kebutuhan. Boom lusi disetel sedemikian rupa sehingga kedudukannya tepat berada di gulungan lusi, boom kemudian diputar sesuai keinginan dan kebutuhan kain tenun yang akan dibuat.
d. Pencucukan Proses ini merupakan proses pemasukan benang lusi yang dilakukan secara dua tahap, yaitu proses pencucukan pada mata guun dan yang kedua ke sisir tenun. Mata guun menjadi tempat memasukkan benang lusi sehingga gerakan benang menjadi terkendali saat menenun. Serat/sisir berfungsi mengatur kerapatan benang pakan dan digunakan sebagai pengarah teropong penggerak benang pakan. Benang yang telah melalui tahap pencucukan selanjutnya digulung secara hati-hati untuk nantinya memasuki tahapan penenunan.
2. Proses Pengolahan Benang Pakan
a. Pengkelosan Proses pengkelosan pada benang pakan sama dengan proses pengelosan pada benang lusi
b. Pemindangan atau mempen Benang yang sudah dikelos (30 kones) dimasukan ke dalam rak benang, kemudian ditata ke dalam penamplik/pemidangan untuk menghitung jumlah putaran dengan tujuan untuk menentukan besar kecilnya motif yang diinginkan.
c. Pengikatan Proses pengikatan menggunakan tali berbahan plastik atau kupas dari pelepah pohon pisang sesuai dengan desain yang telah ditentukan.
d. Pencelupan Proses pencelupan pada benang pakan sama dengan proses pencelupan pada benang lusi
e. Pencoletan atau nyatri Pencoletan atau pengisian warna disesuaikan dengan desain yang telah ditentukan. Kemudian dijemur sampai kering.
f. Pengobatan/Fiksasi Fiksasi dilakukan dengan cairan yang bernama fixanol.
g. Penginciran Penataan benang dengan cara digulung ke dalam suatu alat penginciran, untuk mempermudah dalam tahap pemaletan.
h. Pemaletan Benang digulung lagi ke dalam palet agar memudahkan memasukan benang ke dalam sekoci, untuk selajutnya ditenun.
3. Proses Penenunan
Selama penenunan lakukan pengendalian/pengecekan terhadap kemungkinan putus benang lusi dan pakan dengan cara mengamati selama proses penenunan.
Sumber bahan tulisan :
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/708/jbptunikompp-gdl-idewagedev-35360-11-unikom_i-i.pdf